Baca Juga
Trubus.id -- Aktivitas vulkanik Gunung Bromo masih bersifat fluktuatif. Untuk itu pemantauan masih terus dilakukan. Hasilnya, dalam pengamatan sejak 18-19 Maret 2019, Gunung bromo diketahui masih mengeluarkan material vulkaniknya yang kemudian terbawa angin ke selatan.
Dampak fenomena itu, hujan abu melanda Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Bahkan objek wisata di puncak B-29 Desa Argosari terpaksa ditutup sementara karena guyuran hujan abu vulkanik yang cukup deras.
Baca Lainnya : Usai Turunkan Hujan Hujan Abu, Gunung Bromo Keluarkan Suara Gemuruh
Tak hanya menggangu masyarakat setempat, hujan abu vulkanik juga tentunya mengganggu ekosistem di sekitar Gunung Bromo. Hal itu disampaikan Kepala Resort Lautan Pasir Gunung Bromo, Subur Hari Handoyo.
Guyuran hujan abu membuat satwa liar di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) seperti monyet ekor panjang dan elang jawa pergi mencari tempat yang lebih aman. Pohon cemara di sekitar kawasan juga banyak yang tumbang karena tak kuat menahan tumpukan abu yang menempel.
Baca Lainnya : Masih Erupsi, Wisatawan Dilarang Dekati Kawah Gunung Bromo Radius 1 Km
"Karena guyuran abu vulkanik, banyak satwa liar terganggu Pak. Biasanya mereka kabur ke tempat yang lebih aman. Selain itu pohon di sekitar Bromo banyak yang tertutup abu, jadi ada beberapa yang tumbang," kata Subur, Rabu (20/3/2019).
Subur menambahkan, guyuran abu Bromo juga mengotori edelweis atau bunga abadi yang ada di obyek wisata alam tersebut. Berdasarkan informasi PVMBG per Rabu (20/3/2019) pukul 12.00 WIB, tinggi asap dari kawah Bromo sekitar 600-1.200 meter.
Hingga saat ini Bromo masih berstatus waspada level II. Dengan radius aman 1 KM dari bibir kawah. [RN]
0